Notulen ILK / 24 November 2014 / Transgender


No Tulen

Pada dasarnya terdapat dua pandangan tentang seksualitas yang berseberangan.

Kelompok pertama, Kelompok esensialism mengatakan, jenis kelamin, orientasi seksual dan identitasi seksual, sebagai hal yang bersifat terberi dan natural. Sehingga tidak dapat mengalami perubahan. Kelompok ini cuma berpendapat ada 2 jenis kelamin. Hanya ada 2, dan orientasi seksualnya hanya heteroseksual. Sehingga identitas gender harus selaras dengan jenis kelamin. Meski dalam kitab Fikih, dikenal istilah selain perempuan laki-laki, ada khunsa yang penggambarannya diucapkan tadi oleh Bianca Liza.

Sebaliknya ada kelompok yang kedua Bahwa bukan hanya gender, namun juga seks dan jenis kelamin, orientasi seksual, maupun identitas gender adalah hasil konstruksi sosial. Sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair dan merupakan kontinum, sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari laki-laki maupun perempuan, tetapi juga interseks dan transgender. Orientasi seksual, juga bisa hetero, juga bisa homo, juga bisa bisa biseksual. Itu pandangan kedua.

Nah, fenomena transgender di Indonesia bukan hal baru. Tahun 1973 ada Iwan Rubiyanto, yang operasi kelamin menjadi Vivian Rubiyanti. Dan kemudian ada filmnya, Akulah Vivian. Kemudian tahun 1988, ada seorang laki-laki dioperasi di Rumah Sakit Soetomo, Surabaya Dorce Ashadi, yang kita kenal sekarang menjadi Bunda Dorce. Juga ada kasus Sukarnah, mantan atlet lempar lembing, yang tanpa operasi, jenis kelaminnya berubah, dari perempuan menjadi laki-laki. Sehingga namanya menjadi Iwan.

Jadi kata kuncinya tersirat dalam silogisme Cak Lontong tadi


mereka memang ada, mereka juga manusia, ada disekitar kita, jangan hinakan mereka, lihat karyanya


Related Posts:

    0 Response to "Notulen ILK / 24 November 2014 / Transgender"

    Posting Komentar